Ini sebuah kisah tentang 2 orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar & salah seorang menampar temannya. Orang yang terkena tamparan tersebut merasa sakit hati, tetapi tanpa berkata-kata ia menulis diatas pasir: HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU.
Mereka berdua terus berjalan sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tamparan dan sakit hatinya mencoba menyelam dan nyaris tenggelam tetapi berhasil diselamatkan oleh sahabatnya, ketika ia mulai siuman dan rasa takut sudah hilang, dia menulis disebuah batu: HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU.
Orang yang menolong dan menampar sahabatnya itu bertanya-tanya “mengapa setelah saya melukai hatimu kau menulis diatas pasir dan sekarang kau menulis diatas batu?”
Sambil tersenyum sahabatnya menjawab, “ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulis diatas pasir, agar angin datang berhembus dan menghapus tulisan itu. Bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya diatas batu hati kita, agar tidak bisa tertiup angin.
“PERSAHABATAN ITU HENDAKNYA SEPERTI TANGAN DAN MATA KETIKA TANGAN TERLUKA, MATA MENANGIS, KETIKA MATA MENANGIS, TANGAN MENGHAPUSNYA”
Oleh : Iske Juniartin Salianggo ( 2010 )